Kutemukan sebuah hati tengah gelisah oleh
gulita yang meliputi jiwa.
Rasanya air mata ini terlalu angkuh
untuk beranjak dari kelopaknya.
mengalirlah duhai bening, agar lega nafasku tuk kuhela. Agar
hanyut segenap luka duka nestapaku.
Kulihat semu di bayangan yang mengikuti langkahku.
Jendela tua itu bisakah kau sedikit melonggar? Aku ingin belaian
bayu tuk sejukkan gerah wajahku.
Seolah sudah sedemikian jauh perjalanan yang kutempuh, dan
lengkaplah lelah gerogoti tiap inci jejakku, Menghapusnya, layaknya tak pernah
ada.
Berkali-kali, silih berganti suka duka melalaikanku. Aku
pernah meminta untuk duka yang tak ada habisnya, agar tak luput ingatku
dari-Nya. Agar kudapati diriku seperti Ayyub dan sengsaranya.
“Tuhanku, biarlah nanah membusukkan sekujur tubuhku. Tapi kumohon
sisakan hatiku untuk mengingat-Mu.”
Luka apa gerangan yang kuderita? Mengapa demikian perih
kurasakan? Terlalu banyakkah nikmat yang telah kudustakan?
Sungguh aku seperti tak punya rupa untuk kembali. Sungguh
aku seperti tak layak untuk bersimpuh memohon iba dan rasa kasih. Namun kemana
lagi aku hendak berlari, jika bukan menuju-Mu?
Hening kisah abadi utusan-Mu, semakin sesakkan dadaku yang
mengaku rindu.
Barkali-kali kuteriakkan cinta, kulantangkan asa untuk
bersama dengannya.
Tapi kulihat diriku terlalu jauh tertinggal.
Saat
masa seperti enggan bersamaku, aku kehilangan arah. Aku merasa semakin jauh
dari-Mu…
Aku
malu, mengapa aku kini? Banyak yang ku tahu tentang amanah-MU tapi aku sendiri
tak amanah.
Begitu
banyak teguranMU, yang ku yakini itu adalah wujud kasih-MU padaku.
Kini
aku terpuruk, sungguh wahai ALLAH, aku merindukan-MU..
Aku masih di
sini saat hujan menyapaku
Menahanku dalam
kuyup yang membekukan hati
Rembesan pilu
sampai di jiwa, menyibak luka yang kian menganga…
Aku rubuh.
Tak ada tiang
untuk menyanggah. Aku lebur oleh dosa yang meninggalkan gelisah.
Aku hampir
menyerah ketika Cinta datang menawarkan pundaknya untuk bersandar,
Aku hampir mati,
hingga Cinta memelukku yang nyaris tenggelam dalam kubangan…
Tuhan…
Aku rapuh. Tak seberapa beban yang Kau beri, tapi aku rapuh. Aku takut semakin larut dalam durja.
Aku rapuh. Tak seberapa beban yang Kau beri, tapi aku rapuh. Aku takut semakin larut dalam durja.
Tangisku seperti
angkuh untuk meratap.
Hatiku kurasakan kian mengeras.
Hatiku kurasakan kian mengeras.
Aku hampir lupa,
bahwa aku dalam penjagaan-MU…
Kini tak ada temanku selain keberpura-puraan.
Meski ku tahu, aku tak pernah bisa membohongi jiwaku…
Kini tak ada temanku selain keberpura-puraan.
Meski ku tahu, aku tak pernah bisa membohongi jiwaku…
Sebilah nestapa
menikamku.
Nuraniku seperti
tak lagi peka. Aku layaknya patung yang tak berjiwa.
Aku seperti
musafir yang kehilangan arah. Padahal peta ada di genggamku.
Kini, tak ada
lagi di fikirku selain bagaimana kelak aku di hadap-Mu,,,
Saat mata,
telinga, dan kulitku bersaksi atasku,
Hanya Rahmat-Mu
duhai ALLAH
Yang kuharap
sudi KAU beri untukku yang berbalut hina…
Ampuni aku…
*maryam nurjihad*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar