Sabtu, 07 Juni 2014



Kutemukan sebuah hati tengah gelisah oleh gulita yang meliputi jiwa.
Rasanya air mata ini terlalu angkuh untuk beranjak dari kelopaknya.
mengalirlah duhai bening, agar lega nafasku tuk kuhela. Agar hanyut segenap luka duka nestapaku.
Kulihat semu di bayangan yang mengikuti langkahku.
Jendela tua itu bisakah kau sedikit melonggar? Aku ingin belaian bayu tuk sejukkan gerah wajahku.
Seolah sudah sedemikian jauh perjalanan yang kutempuh, dan lengkaplah lelah gerogoti tiap inci jejakku, Menghapusnya, layaknya tak pernah ada.
Berkali-kali, silih berganti suka duka melalaikanku. Aku pernah meminta untuk duka yang tak ada habisnya, agar tak luput ingatku dari-Nya. Agar kudapati diriku seperti Ayyub dan sengsaranya.
“Tuhanku, biarlah nanah membusukkan sekujur tubuhku. Tapi kumohon sisakan hatiku untuk mengingat-Mu.”

Luka apa gerangan yang kuderita? Mengapa demikian perih kurasakan? Terlalu banyakkah nikmat yang telah kudustakan?
Sungguh aku seperti tak punya rupa untuk kembali. Sungguh aku seperti tak layak untuk bersimpuh memohon iba dan rasa kasih. Namun kemana lagi aku hendak berlari, jika bukan menuju-Mu?
Hening kisah abadi utusan-Mu, semakin sesakkan dadaku yang mengaku rindu.
Barkali-kali kuteriakkan cinta, kulantangkan asa untuk bersama dengannya.
Tapi kulihat diriku terlalu jauh tertinggal.
Saat masa seperti enggan bersamaku, aku kehilangan arah. Aku merasa semakin jauh dari-Mu…
Aku malu, mengapa aku kini? Banyak yang ku tahu tentang amanah-MU tapi aku sendiri tak amanah.
Begitu banyak teguranMU, yang ku yakini itu adalah wujud kasih-MU padaku.
Kini aku terpuruk, sungguh wahai ALLAH, aku merindukan-MU..
Aku masih di sini saat hujan menyapaku
Menahanku dalam kuyup yang membekukan hati
Rembesan pilu sampai di jiwa, menyibak luka yang kian menganga…
Aku rubuh.
Tak ada tiang untuk menyanggah. Aku lebur oleh dosa yang meninggalkan gelisah.
Aku hampir menyerah ketika Cinta datang menawarkan pundaknya untuk bersandar,
Aku hampir mati, hingga Cinta memelukku yang nyaris tenggelam dalam kubangan…
Tuhan…
Aku rapuh. Tak seberapa beban yang Kau beri, tapi aku rapuh. Aku takut semakin larut dalam durja.

Tangisku seperti angkuh untuk meratap.
Hatiku kurasakan kian mengeras.

Aku hampir lupa, bahwa aku dalam penjagaan-MU…
Kini tak ada temanku selain keberpura-puraan.
Meski ku tahu, aku tak pernah bisa membohongi jiwaku…
Sebilah nestapa menikamku.
Nuraniku seperti tak lagi peka. Aku layaknya patung yang tak berjiwa.
Aku seperti musafir yang kehilangan arah. Padahal peta ada di genggamku.
Kini, tak ada lagi di fikirku selain bagaimana kelak aku di hadap-Mu,,,
Saat mata, telinga, dan kulitku bersaksi atasku,
Hanya Rahmat-Mu duhai ALLAH
Yang kuharap sudi KAU beri untukku yang berbalut hina…

Ampuni aku…

*maryam nurjihad*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar