Seperti debu yang terhempas,
habis, hanya berkas-berkas yang
ditinggalkannya...
terurai jingga di pelataran
senja
saat surya telah begitu hafal
jalurnya
tak pernah berkhianat untk
mencari jalan lain
Begitukah hatimu?
Lalu kutemui rindu yang berbalut sendu wajah sang embun
enggan beranjak lenyapkan
sejuk.
Ah, aku benar-benar rindu
padamu..
Sejak kali pertama kudengar
lirih suaramu bisikkan cinta.
Tolong jangan tafsirkan ini bagai picisan murahan tentang kekasih tak
halal
Bukan! Sungguh bukan itu!
ini tentang hati yang berharap
Surga dan perjumpaan dengan Rabb-nya.
Tapi aku gersang saat kusadari
kita berbeda.
Seperti jarak itu terlampau
angkuh menjauh,
terasa samar dan menyedihkan.
Tapi aku mencintaimu, bagaimana
pun kita.
Karena itulah tak pernah alpa
kusebut namamu dalam hening doa
Semoga saja Dia sudi
mengijabahnya.
agar dapat kurasakan lembut
hatiku oleh kita yang satu.
Aku merindukanmu saat kulihat
mereka
karena rindu itulah kurasakan
hadirmu begitu dekat.
Lagi-lagi hujan mendinginkan
peluhku
oleh sayup-sayup nafas yang tak
akan keluhkan lelah mengejarmu.
Aku mencintaimu, karena-Nya
yang telah anugerahkanku cinta.
...Ayah...
bermetamorfosis sempurnalah, maka kau akan kuat dan indah, layaknya kupu-kupu di taman Jannah...
Senin, 28 April 2014
The other way...
Aku
sebenarnya merasa belum siap, namun ku ayunkan juga langkah ini. Dari sini aku
justru mendapatkan banyak sekali pelajaran, tentang ketulusan dan keikhlasan
hati, tentang kejujuran dan keterbukaan.
Sulit,
benar-benar sulit. Saat jarak menjadi sekat pemisah yang terlampau jauh.
Ada
rasa ingin memiliki, namun takdir selalu akan menemukan jalannya.
Jika
Dia berkenan, akan disatukan juga perbedaan itu.
Cerita
yang sungguh ingin ku tuturkan pada alam, mungkin tak kan pernah terjadi.
Aku
baik-baik saja. Karena masa kan hapuskan getar di hati ini. Ku tahu, ini masih
semu.
Biarkan
angin gugurkan puspa, hingga kutemukan jalan menujumu… Atau ku pilih jalanku yang lain.
Aku
hanya butuh untuk membiasakan diri. Karena kini, aku mulai jatuh hati padamu.
Ah,
maaf. Ini hanya perasaan fitrawi. Akan kutepis sebaik hati jika memang tak
semestinya bersemayam di rongga kecil di dadaku ini. Juga di ingatanku. Meski
ku sadari itu akan sedikit sulit…
Terima
kasih telah banyak mengerti. Terima kasih telah mengajarku untuk berubah,
berbenah dan memantaskan diri, meski kau tak menyadari tentang itu.
Banyak
hal yang membuat kita belajar untuk mengerti. Dan Allah selalu punya cara untuk
menjadikan kita lebih dewasa dalam bersikap, berfikir, dan merasakan.
Kecewa itu manusiawi, hanya saja
menjadi tidak terhormat jika kekecewaan itu menjadikan kita cengeng dan
pengecut menghadapi kenyataan.
Percayalah,
ALLAH selalu punya cara membuat kita lebih dewasa.
Duhai
ALLAH Pemilik Hati, kuserahkan segala urusanku pada-Mu, yaa Rahman.
Cukuplah
Engkau Pemuas hati ini, agar tak ada celah di jiwaku untuk menangisi
ketetapan-Mu…
Dan... Ada peristiwa di hati yang tak mesti
dikisahkan pada manusia, namun lebih dari cukup tertuturkan pada-Nya di sujud
malam yang panjang…
Re...
Langganan:
Postingan (Atom)