Jumat, 06 Juni 2014

Perahu dayung,
aku salah lagi. Aku "dimarahi" lagi. Tahukah kamu, perahu dayung? Meskipun aku seperti tak peduli, tapi aku selalu mencari perhatian pengayuh sampan di sebelahku. Entah aku diperhatikan atau tak dipedulikan. Namun anehnya, untuk mendapatkan itu aku selalu membuat kesalahan. Kesalahan yang tanpa kusadari, bisa saja menenggelamkanmu. Bodoh, bukan?
Hahah. Aku benar-benar aneh.
Apa susahnya menyapanya jika hanya sekedar berharap ia menoleh? Tapi untuk menyapa pun aku tak sanggup, perahu dayung. Aku khawatir engkau oleng karena ia terlalu sibuk "melihat ke arahku".
Aku ingin menepi sejenak. Tapi nanti, setelah tiba di pulau seberang sana. Di hatinya, di cintanya.

*Hey, tulisan macam apa ini?!! Aku harap hanya aku yang mengerti maknanya. Tapi sepertinya tidak. Ada "orang lain" yang mengerti "bahasa isyarat"ku tentangmu perahu dayung.. "Orang lain" itu selalu berjalan di belakangku, mengawasiku, mungkin menjagaku. Seperti "spionase" untuk hatinya sendiri. Hihi.
Awalnya aku merasa tak nyaman. Bayangkan saja, seseorang selalu "membuntuti"mu, apa itu nyaman? Aku pun begitu. Saat berusaha menampiknya, aku gagal. karena aku tak bisa mencegahnya atau melarangnya.
Sebaliknya, aku menjadi terbiasa dengan keberadaannya. Saat kurasakan hening di belakangku, sesekali aku menoleh. Memastikan bahwa ia tak bosan "menghantuiku". Berharap bahwa ia tetap ada disana, tak beranjak karena jenuh pada sikapku. Benar-benar aneh, kan? Entahlah.

Perahu dayung, tahukah kamu? Pengayuh sampan di sebelahku, dan "orang lain"yang "mengawasiku", itu adalah orang yang sama.
Dan aku sering melukai hatinya. Aku merasa sepeti itu. Dan sesering itu pula dia memaafkanku.
Ah, aku merasa terlalu kekanak-kanakan.

Perahu dayung, bersabarlah. Sebentar lagi kita tiba...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar