Sekilas, cinta kita nampak sederhana. Tak berkisah tentang harta, pun juga tahta. Tapi tahukah kamu, cinta kita amat mulia nan berharga, mengalahkan intan berlian yang berkilauan merebut perhatian. Cerita yang kita urai, membiru anggun seperti langit yang terhampar pada mega. Senyum, tawa, air mata, semangat, amarah, segalanya melebur dalam torehan sendu perjalanan kita. Deru nafas yang terengah, berusaha untuk tetap kita hembuskan dalam sketsa panjang perjuangan. Tatkala letih itu menyapa, tatkala perihnya hidup memaksa untuk merintih dalam kepiluan, kita masih berdiri bersama. Mendongakkan asa, meruntuhkan angkuhnya jiwa yang enggan menyamai rasa. Cinta kita abadi mewangi layaknya kesturi. Cinta kita sederhana saja. Karena Allah. Namun dengan itu ia menjadi amat berharga.
Kisah kita memang tak sebaik Rasulullah dan para Shahabat Shahabiyah, namun dari merekalah kita belajar untuk menyatukan perbedaan yang terkuak antara kita. Ada kalanya kita tak sehati, dipimpin oleh keinginan masing-masing, namun sebab pemikiran yang telah satu di atas Islam yang haq, kita kalahkan ego yang tersemat di antara niat-niat kita. Ukhti, aku menyayangimu karena Allah. Merindumu saat jauh, bahagia saat berkumpul denganmu. Dalam medan yang kian terjal, sering ada yang terperosok, jatuh, kesakitan, namun bangkit kembali sambil terus memulihkan diri, meneruskan langkah meraih janji-Nya. Berpegangan kembali satu sama lain menguatkan langkah dalam amanah. Meski tak sedikit pula yang akhirnya memilih berhenti karena luka yang ia dapati di jalan yang sungguh beronak tajam ini.
Salah satu momen terindah adalah saat terhimpun bersama, membicarakan masa depan, strategi perjuangan, dan tentu saja, pengalaman dakwah masing-masing yang sering membuat pecah tawa, namun tak jarang juga membuat air mata menitik haru. Semua itu membuat kuat kembali jiwa yang sempat merapuh tergerus realitas yang kian kejam, realita yang menohok nalar kritis kita para mujahidah akhir zaman. Yang memaksa kita berteriak menggugat kebathilan dan kezhaliman. Saat-saat bersama kalian, adalah cerita terindah yang akan terus menerus kukenang dalam memori terbaikku. Inilah cinta kita, indah dan bersahaja. Nyata dan akan selalu ada dalam setiap musim yang terus bergulir dan berganti. Dan cinta kita tidaklah sama dengan sandiwara-sandiwara murahan yang hanya menggiring perasaan dan pemikiran pada materi dan kehidupan semu dunia yang penuh tipuan.
Sungguh, aku bersyukur pada Allah, dipertemukan dengan
kalian para sahabat yang mencintaiku karena-Nya. Menegurku saat aku salah,
mengingatkanku untuk senantiasa dalam taat, menguatkan jiwaku saat sedang
bermasalah, menolongku bahkan sebelum aku meminta, mengajakku bertahan saat
jenuhku mencapai puncaknya, mengajariku arti ketulusan dan berbagi suka juga
duka. Uhibbuki fillaah, ukhti. Maafkan aku jika selama ini pernah bersalah pada
kalian, maafkan aku jika pernah menorehkan luka di hati kalian. Mohon ampunkan
aku pada-Nya. Semoga di tangan-tangan kitalah Allah menghendaki kemenangan
Islam dan kemuliaan kaum Muslim. Hingga dari kita pula, lahir generasi-generasi
yang kelak menjadi perisai agama Allah.
Dan… semoga kelak Allah meghimpun kita kembali dalam Firdaus-Nya, mengabadikan
cinta kita dalam Jannah-Nya yang hakiki. Aamiin, Allaahumma yaa Mujiibas
Saa’iliin
Your beloved sister,
Resky Hartani.
Dedicate for my bestfriends: Ratih Paradini, Endah Ayu Kartika, Mia Safitri, Deasy Ariesta, Nur Amaliah
Dedicate for my bestfriends: Ratih Paradini, Endah Ayu Kartika, Mia Safitri, Deasy Ariesta, Nur Amaliah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar